Libur telah tiba, hore hatiku gembira. Seneng banget nih
yang sudah pada liburan. Kalau aku mah liburan kali ini di rumah saja. Hehe. Secara aku baru saja liburan sabtu (17/12/2016) lalu. Bersama teman-teman Komunitas Blogger Jogja aku diajak jalan-jalan ke Sleman oleh
Dinas Pariwisata Sleman.
Nah buat kamu yang masih bingung mau menentukan tujuan
liburan akhir tahun ini kemana, gimana kalau aku ajak ke salah satu desa
wisata di daerah Sleman. Siapa tahu ini bisa kamu jadikan alternatif wisata
yang lain daripada yang lain. Kenapa musti Sleman? Iya, selain karena dekat
dengan tempat tinggalku, kan aku baru saja kesana seperti yang aku bilang tadi.
Sleman sebagai salah satu kabupaten di Daerah Istimewa
Yogyakarta merupakan daerah yang banyak desa wisatanya. Mau tahu kenapa?
Sebab Sleman memiliki potensi alam yang cukup besar untuk dikembangkan menjadi
desa wisata, mulai dari Gunung Merapi yang merupakan gunung aktif di Indonesia,
hutan, sungai dan tanaman khasnya seperti salak pondoh, dsb.
Selamat datang di Dewi Peri |
Jalan-jalan ke desa wisata tetap seru kok buat mengisi
liburanmu dan bisa dijadikan sebagai pengusir penat kamu. Masing-masing desa wisata
memiliki karakteristik tersendiri yang menarik dan dikemas sedemikian asyik. Dilengkapi dengan
sarana bermain, seperti outbound, trekking, kuliner dan tak ketinggalan berbagai
budaya dan peninggalan sejarahnya. Pokoknya sayang banget kalau sampai
dilewatkan.
Desa wisata yang aku kunjungi sepekan lalu adalah Dewi Peri
alias Desa Wisata Pentingsari, yang terletak di Desa Umbulharjo, Kecamatan
Cangkringan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Tak sulit menemukannya. Aku berangkat dari rumah sekitar pukul 08.30. Ini pertama kalinya loh aku nggak pakai bantuan Google Maps buat menuju lokasi,
dan nggak nyasar. Cuma pakai GPS (Gunakan Penduduk Sekitar) untuk bertanya. Hehe.
Kalau dari arah Kota Jogja, kamu bisa menempuhnya dengan
waktu kurang lebih 40 menitan. Tinggal telusuri saja Jl. Kaliurang, sampai di daerah
Pakem (sebelum pasar Pakem) ambil jalan ke kanan dan terus saja lewat Jalan Pakem-Turi,
sampai deh di Jalan Cangkringan, tinggal lurus saja. Jangan lupa juga buat bertanya
sama orang ya.
Aku kemarin pas kesana agak telat, jadi ketinggalan informasi deh. Teman-teman yang lain pun sudah pada berkumpul dan disambut oleh pihak Desa Wisata Pentingsari. Setelah itu kami diajak berjalan kaki mengunjungi Joglo Herbal. Joglo Herbal ini adalah tempat pelatihan, konsultasi, rekreasi dan home stay. Di sana kita bisa menemukan berbagai tanaman obat atau herbal yang mengandung banyak khasiat untuk kesehatan dan mempelajarinya. Sampai di sini kami disambut oleh pemiliknya, Pak Rahman Subagyo. Meski usia beliau sudah menginjak 65 tahun, tetapi Pak Rahman ini masih sehat dan terlihat segar, karena selalu menjalankan pola hidup sehat, banyak minum air putih, menghindari makanan yang berlemak serta anti terhadap obat-obatan kimia. Jadi, Pak Rahman ini selalu menyembuhkan penyakitnya dengan tanaman herbal yang ditanamnya.
Disamping sharing tentang seluk beluk tanaman herbal, Pak Rahman juga memberikan tips menyembuhkan penyakit asam urat dan gula. Tentu saja menggunakan tanaman herbal, yakni daun rondo semoyo. Setelah dijemur hingga kering, rondo semoyo bisa diseduh dengan segelas air hangat dan kemudian diminum deh. Pak Rahman juga mempraktekan cara menanam tanaman herbal dengan metode stek, menggunakan wadah berisi air, tisu dan gabus.
Acara siang itu pun
dilanjutkan dengan membuat kreasi dari janur dan mendong. Kami dibagi menjadi
dua kelompok, masing-masing membuat wayang suket dan belalang dari janur. Meski
kelihatannya gampang, tetapi sulit sekali sewaktu dicoba.
Selanjutnya kami diajak masuk ke dalam melihat-lihat isi
ruangan Joglo Herbal ini. Kalau kamu mau menginap di sini tarifnya cukup murah
kok. Cuma Rp 100 Ribu/malam sudah termasuk 3 kali makan dan 1 kali snack. Selain Joglo Herbal ini banyak
juga rumah warga yang disewakan sebagai Guest
House atau Home Stay yang bisa kamu pilih.
Puas melihat-lihat seisi Joglo Herbal, kami kembali diajak
berjalan kaki berkeliling Dewi Peri, meninjau lokasi out bound atau camping ground,
menikmati keindahan alam di sekitar Dewi Peri yang masih asri dengan udara yang
sejuk hingga menuju Kali Kuning. Kirain mau diajak basah-basahan di sungai. Hihi.
Setelah dari Kali Kuning, berikutnya kami kembali diajak naik ke atas dan berjalan menuju ke sanggar buat belajar gamelan. Karena waktu sudah semakin siang, jadinya cuma sebentaran doang kami di sini.
Setelah dari Kali Kuning, berikutnya kami kembali diajak naik ke atas dan berjalan menuju ke sanggar buat belajar gamelan. Karena waktu sudah semakin siang, jadinya cuma sebentaran doang kami di sini.
Terakhir sebelum makan siang, kami mengunjungi sentra olahan
kopi robusta Tunggak Semi, melihat langsung proses pengolahan kopi dengan cara
yang masih tradisional. Kopi robusta yang diolah di sini merupakan kopi murni
tanpa campuran yang dihasilkan dari perkebunan kopi di sekitar Desa Wisata Pentingsari.
Kami pun disuguhi kopi robusta hasil olahan kelompok tani Tunggak Semi. Selain
kopi, terdapat pula olahan lain berupa makanan, seperti keripik salak, peyek
kacang, peyek bayam dan lanting.
Yah, selesai sudah perjalanan kami di Desa Wisata Pentingsari. Padahal belum puas rasanya kalau belum merasakan bermain lumpur di sawah. Dari rumah sih sudah kebayang kalau di sana bakal main-main di sungai dan membajak sawah. Syukur bisa menginap di sana barang semalam. Hehe. Tetapi nggak apa-apa deh yang penting sudah pernah kesana. Maturnuwun buat Dinas Pariwisata Sleman yang sudah sudi ngajakin. Nah, jadi gimana? Sudah ada pandangan mau liburan kemana nih. Tertarik untuk main ke Desa Wisata Pentingsari?
Asyiknya Jalan-jalan ke Desa Wisata Pentingsari
Reviewed by Achmad Muttohar
on
12/26/2016 10:46:00 AM
Rating:
Ada CahJogja dot Com ya... blogger pendiam saat di Famtrip #MenduniakanMadura ...
BalasHapusSelalu gahuls postingan Kak Mutohar inih
He'em. Oh dia pendiam to pantesan gak banyak bicara. #YaIyalah. Kak Whiz juga gak kalah gahul pokoknya. Hehe.
HapusJalan jalan sambil belajar ya mas, ada resep hidup sehat dengan mengkonsumsi obat obatan herbal.
BalasHapusBisalihat pertunjukan gamelan, pokoknya banyak yg bisa didapatkan saat jalan jalan ke desa wisata Petingsari.
GPS gunakan penduduk sekitar, aku kira GPS google maps wekekekek.
Betul banget, mas. Jalan-jalan yang kaya manfaat. Hihi.
HapusGps, gunakan penduduk sekitar?? Lejen juga bahasanya....kwkwkwkwk :v
BalasHapusBagusslah, bida jalan jalan selama liburan akhir tahun, aku skrng aja cuman santai gk keluar sama sekali dari rumah.....sedihkan T_T
Btw, dilampung ada pertunjukkan kuda lumping loh
Loh, iya to. Kirain cuma di Jawa aja yg ada kuda lumping. Tapi sama atau beda sama yg di Jawa ya?
Hapusdi ajarin bikin obat herbal ya.. lumayan tuh mas nambah wawasan...
BalasHapusjalan jalan sambil nambah pengetahuan.. itu tuh yang dicari
gue tertarik sih liburan k sana...
tapi masalahnya dijarak :v mana liburan kantor cuman berapa hari
jadi liburan akhir tahun kagak bisa yang jauh jauh hihi
Hehe. Semoga suatu saat ada kesempatan buat main ke sana ya, mas.
HapusMau deh jalan-jalan sambil belajar kaya kk.
BalasHapusKapan yh bisa bekunjung kesitu....
Saat denger GPS. Kukira GPS google :v
Iya, itu sebetulnya udah ada sejak zaman dahulu kala, tapi jarang digunakan semenjak gugle ngeluarin GPS. Hehe.
HapusWah Sleman Jogja, duh kangen Jogja euy, padahal bulan lalu dari sana. Hahaha.
BalasHapusJogja dan sekitarnya telah berhasil memaksimalkan sumber daya alam dan juga meningkatkan sdmnya. Terlebih lagi mereka berhasil menyatukan teknologi dengan alam. Duh siapa yang bisa nolak?
pada postingan mu ini membuktikan bahwa kehidupan desa itu sebenarnya layak jual banget. Dengan keramahan penduduk dan keindahan alamnya pasti bisa menarik wisatawan datang.
Yap bekatul alias betul banget, kak. Hehe. Semoga desa-desa di Indonesia bisa kreatif dan inovatif. Biar nantinya banyak wisatawan yg datang ke Indonesia. :)
Hapuswahh kangen jogja ih :( seriuuuss hahah.. take me to jogja dong mas :D
BalasHapusaku gak bisa fokus baca postinganmu setelah kata GPS (gunakan penduduk sekitar) saik dah wkwkwk..
Hayuk, call me aja kalau mau ke Jogja. Aku siap nganterin keliling sampai pusing. Hehe.
HapusLoh kok bisa gak fokus tuh gimana sih. Besok2 selalu sediakan aqua deh kalo pas baca. Wkwkwk.
Wah jadi pengen ke jogja lagi. Udah sekitar 4 tahun nggak ke jogja.
BalasHapusOiya, GPS (gunakan penduduk sekitar) memang sangat perlu ya. Saya selalu mengandalkan itu kemanapun. Hahahaha xD
Iya. Kalau pergi kemanapun selalu ingat GPS. :D
HapusDamn! Ini catatan diari lo yang menurut gue, ini jadi informasi yang penting banget buat gue,
BalasHapusPertama memang karena gue lagi nyari tau tentang kopi robusta itu. Selain penikmat kopi, gue juga niatnya pengen nyoba jadi pengusaha kedai kopi. Apalagi, kalo diliat dari tulisan lo, metode dari penyeduhan kopi dan macem macem nya masih menggunakan cara tradisional. Jujur, ini bermanfaat banget bagi gue.
Dan yang kedua, tentang tanaman herbal. Gue juga sampe sekarang soalnya belum pernah ngerti tentang bagaimana tamanam tersebut nanti nya dijadikan sebagai obat. Nah, mungkin bulan depan gue juga bakal langsung mampir ke desa wisata Penting Sari ini. Terimakasih anyway. Nice post.
Semoga segera terealisasikan ya kedai kopinya. Hehe. Enaknya sih kalau kesana nginep sekalian di homestaynya, bro.
HapusSeru banget ada belajar gamelan, yang kayak gini mesti di lestarikan
BalasHapusPastinya dong Om Cumi. Harus dong, sebagai orang Indonesia kita juga kudu turut melestarikannya.
Hapus