Ngonthel Bareng Komunitas Kota Toea Magelang di Borobudur

Foto : Pak Widoyoko
Sudah lama sekali saya meninggalkan hobi ngonthel, sudah lama pula saya tidak mengikuti agenda rutin Komunitas Kota Toea Magelang. Nah, pas banget minggu, 21 Januari 2018 lalu Komunitas Kota Toea Magelang (KTM) mengadakan event bertajuk Jelajah Sepeda di Borobudur #3, acara yang selalu saya nanti-nantikan, mungkin juga oleh anggota KTM lainnya. Saya pun langsung antusias dan mendaftar, nggak tanggung-tanggung saya menjadi peserta pertama yang mendaftar.

Wisata Sepeda.
Hari H pun tiba. Awalnya saya sebetulnya ragu mau berangkat, sebab sudah sejak pagi-pagi sekali hujan mulai turun. Akhirnya saya pun tetap nekat berangkat ke Borobudur walau harus menerjang hujan yang mengguyur. Meski pagi itu cuaca kurang bersahabat, namun ternyata itu tidak melunturkan animo para peserta jelajah sepeda pagi itu. Sekitar ratusan peserta jelajah sepeda, dari berbagai usia dan latar belakang pun sudah terlihat berkumpul di titik start, yaitu rental sepeda Wisata Sepeda Borobudur yang terletak di Jl. Balaputradewa No. 5, Wanurejo, Borobudur. KTM memang warbiasak dalam hal mengumpulkan massa, hehehe.

Onthel di Wisata Sepeda.
Setelah mendaftar ulang dan memilih sepeda kami masing-masing, Mas Bagus Priyana selaku Gubernur KTM pun memberikan petunjuk teknis pelaksanaan acara dan briefing sebelum kegiatan dimulai. Kurang lebih pukul 09.00 WIB kami pun mulai meluncur satu-persatu melewati kawasan Candi Borobudur dan masuk ke jalan kampung menuju Balkondes Bumiharjo yang merupakan check point pertama.

Semangat... Foto : Pak Widoyoko.
Balkondes Bumiharjo
Ini kali pertamanya saya berkunjung ke Balkondes Borobudur, dan tahu lebih jauh tentang Balkondes. Jadi, Balkondes itu merupakan singkatan dari Balai Ekonomi Desa, yang merupakan program bentukan BUMN dibawah naungan PT. Taman Wisata Candi Borobudur yang dimanfaaatkan sebagai etalase bagi perekonomian daerah. Di daerah Borobudur ini terdapat setidaknya 20 Balkondes yang tersebar di 20 desa di wilayah Kecamatan Bororbudur dan masing-masing didukung oleh BUMN. Untuk Balkondes Bumiharjo sendiri, BUMN yang menjadi sponsor adalah PT. PP (Pembangunan Perumahan).

BACA JUGA : Jelajah Kebun Kopi Ngrancah Bersama Komunitas Kota Toea Magelang

Di Balkondes Bumiharjo ini para pengunjung bisa menikmati suasana alami pedesaan dan eksotisnya pemandangan alam perbukitan Menoreh. Bukan hanya itu, kita juga dapat bernostalgia dengan beberapa permainan tradisional yang kini kian dilupakan oleh generasi sekarang. Menurut Mas Abed selaku pengelola, Balkondes Bumiharjo ini juga bisa dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti untuk menyelenggarakan event, meeting, wedding, dan lain sebagainya. Teman-teman bisa datang langsung kalau hanya ingin sekadar berkunjung, alamatnya berada di Kampung Dolanan Nusantara, JL. Sentanu, Bumiharjo, Borobudur, Magelang. Nggak perlu khawatir, fasilitas di Balkondes ini juga cukup memadai, mulai dari lahan parkir yang luas, toilet bersih, dan kursi-kursi nyaman untuk beristirahat

Gerbang menuju kawasan Kampung Bambu Klathaan.
Selesai mengunjungi Balkondes Bumiharjo, kami pun kembali mengayuh sepeda dengan masih tetap diiringi oleh rintik hujan menuju Kampung Bambu Klathaan, di Dusun Bojong, Wringinputih, Borobudur, sebuah tempat wisata berbasis alam yang juga didukung oleh PT. Taman Wisata Candi Borobudur. Di sini kami diajak mencicipi makanan tradisional di tengah hamparan pepohonan bambu. Ini juga kunjungan perdana saya ke Kampung Bambu Klathaan, dan baru tahu kalau ada pasar unik ditengah hutan bambu seperti ini di Borobudur (sebelumnya cuma tahu di Temanggung).

Setelah memarkirkan sepeda onthel masing-masing, kami pun langsung berhamburan menyerbu setiap lapak yang menjajakan aneka kuliner tradisional. Mungkin karena kondisi cuaca pagi itu yang membuat suasana pasar terlihat sepi. Hanya ada 6 pedagang pasar (kalau tidak salah) yang nampak setia menunggu para pengunjung. Kami pun mulai memilih makanan yang tersedia, mulai dari soto bathok, macam-macam jajanan tradisional yang terbuat dari singkong, badeg (nira), wedang jahe, nasi kluban dan es dawet. Saya sendiri memesan seporsi soto bathok untuk mengisi perut yang masih kosong sejak pagi tadi, sebagai penutup es dawet menjadi pilihan saya. Makanan yang dijual di Pasar Klathaan ini juga termasuk murah, mulai dari 500 rupiah.

Jajanan tradisional dari bahan singkong.
Sego kluban/gudangan.
Wedang jahe.
Keunikan lain dari pasar ini adalah, Pasar Klathaan hanya buka 35 hari sekali setiap hari Minggu Legi. Di sana bukan cuma bisa menikmati kuliner tradisional saja, tetapi lebih dari itu, kita bisa belajar banyak hal tentang alam, seni, budaya, serta konservasi bambu. Mau menikmati sunset, singgah di rumah pohonmenyaksikan pertemuan 3 sungai yang ada di Borobudur, dan mengarungi hamparan alam dengan mobil offroad pun bisa dilakukan. Tetapi, sebab kondisi cuaca siang itu yang kurang mendukung, kami pun tidak sempat mengekplorasi lebih jauh kawasan wisata edukasi tersebut.

Peta Kawasan Kampung Bambu Klathaan.
Waktu pun beranjak semakin siang, dan kami harus segera kembali meneruskan perjalanan. Sebelum sampai ke titik akhir, kami pun singgah di Bukit Barede. Niat awal ingin naik ke atas bukit pun urung dilakukan karena kondisi cuaca dan waktu yang semakin siang. Akhirnya kami hanya singgah untuk berfoto bersama. Beruntung kami mendapat suguhan gamelan.

Bukit Barede.
Gamelan.
 Tidak terasa kami pun harus mengakhiri jelajah sepeda siang itu. Makan siang pun telah menunggu, dan hiburan lagu-lagu nostalgia menemani makan siang kami. Ditengah sesi makan siang ternyata ada kejutan buat para peserta, yakni pengumuman undian. Nggak nyangka, saya mendapat hadiah berupa jam dinding. Alhamdulillah, bisa menjadi kenang-kenangan.

Horeee.. dapet doorprize. Foto : Pak Widoyoko.
Rute yang kami lalui kali ini memang tidak terlalu ekstrim, hanya melewati beberapa turunan dan tanjakan, jalanan di perkampungan, dan melewati hamparan padi yang hijau, selebihnya jalanan yang datar dan landai menjadi santapan kami. Banyak hal yang saya dapatkan dari kegiatan itu, menikmati pesona alam Borobudur yang indah, menyapa keramahan masyarakat setempat, serta mendapat pengalaman dan wawasan baru.


Ngonthel Bareng Komunitas Kota Toea Magelang di Borobudur Ngonthel Bareng Komunitas Kota Toea Magelang di Borobudur Reviewed by Achmad Muttohar on 1/28/2018 01:09:00 AM Rating: 5

14 komentar:

  1. Wah gayeng tenan koh.. udah seru acaranya, pulang dapet hadiah lagi.. mantap..

    BalasHapus
  2. Asyik...suasana pedesaan bikin sejuk dimata.. apalagi menu jajanan spt soto bathok, klepon, cenil, wedang jahe dan sego kluban... disantap habis ngonthel dibawah guyuran hujan... pasti full mathuk...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mathuk banget mas.. :)
      Kalau punya kesempatan pengin kesana lagi.

      Hapus
  3. seru banget nih bisa naik sepeda seperti itu .. jadi ingat jaman dulu naik sepeda sama teman kemana-mana.. dapat hadiah juga naik sepedanya hehe salam kenal aja dari saya.

    BalasHapus
  4. Wah, asyik.. ada lagi? boleh ikutan?

    BalasHapus
  5. Lama gak minum wedang jahe. Liat dr foto jadi pingin minum lagi min

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayo minum lagi.. Biar badan sehat dan hangat. :D

      Hapus
  6. Mantep sepedanya, saya juga pengen punya tp blm kesampaian. Punya mbah pit jengki tp msh sering dipakai ke sawah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga gak punya kok, kan ini cuma nyewa..

      Hapus
  7. kelihatannya seru banget, apalagi lagi bisa pergi kesana bareng keluarga

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul sekali, kak. Yuk, ajak keluarga berwisata ke Borobudur. :)

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.