Pesona Gunung Api Purba Nglanggeran Yang Mendunia

Bus yang saya tumpangi bersama rombongan netizen yang terdiri dari blogger, Kompasianer, dan buzzer yang tergabung dalam Masyarakat Digital Jogja (Masdjo) tiba di Desa Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul. Siang itu, selasa 24 Januari 2017, kami diajak oleh Dinas Pariwisata DIY untuk mengeksplore salah satu destinasi wisata Gunungkidul yang telah dinobatkan sebagai Geopark dunia oleh UNESCO.

Setelah turun dari bus, saya dan beberapa teman pun mencari mushola buat menunaikan ibadah salat dzuhur. Setelahnya kami pun bergegas menuju Pendopo Joglo Kalisong untuk makan siang dengan menu khas desa yang menggugah selera, dan beramah tamah dengan Kelompok Sadar Wisata Nglanggeran beserta Dinas Pariwisata Gunungkidul.

Gunung Api Purba Nglanggeran
Usai mengisi amunisi supaya nantinya kuat buat mendaki Gunung Api Purba Nglanggeran, berikutnya kami menyimak pemaparan GM Geopark Gunungsewu, Bapak Budi Martono. Menurut penuturan beliau, Gunung Api Purba Nglanggeran ini merupakan Geosite yang masih bagian dari Geopark Gunungsewu yang terbentang di 3 kabupaten di 3 propinsi, yakni Gunungkidul di Daerah Istimewa Yogyakarta, Wonogiri di Jawa Tengah, dan Pacitan di Jawa Timur.

Budi Martono
Seluruhnya terdapat 33 Geosite yang tersebar di Geopark Gunungsewu ini, 13 diantaranya berada di wilayah Gunungkidul, antara lain seperti, Goa Pindul, Goa Jomblang, Kalisuci dan deretan pantai Wedi Ombo, Baron, Siung, serta Krakal.

Geosite Nglanggeran ini merupakan gunung api yang pernah aktif 30-60 juta tahun yang lampau. Gunung Api Purba ini memiliki lahan seluas 48 Ha. Berbentuk bongkahan andesit setinggi 300 meter dengan lebar sekira 800 meter.

Selain menjadikan Gunung Api Purba Nglanggeran menjadi kawasan Ekowisata, Desa Nglanggeran juga  turut mengembangkan desa wisata yang baru-baru ini menyabet penghargaan sebagai desa wisata terbaik se-Asia Tenggara.

Geosite Nglanggeran menjadi daya Tarik bagi wisatawan lokal maupun mancanegara. Maka tidak heran jika setiap tahun kunjungan wisatawan ke Geosite Nglanggeran ini meningkat dengan pesat.

Berangkat ke Kampung Pitu
Setelah mendengarkan pemaparan mengenai Geosite Nglanggeran, siang itu kami pun beranjak menuju puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Jalur yang akan kami lalui adalah melalui Kampung Pitu. Untuk menuju kesana, kami diangkut menggunakan mobil bak terbuka. Gerimis siang itu pun ikut menemani perjalanan rombongan kami hingga ke atas Kampung Pitu. Medan yang cukup ekstrim pun harus kami tempuh.

Salah satu rumah di Kampung Pitu
Sampai di Kampung Pitu, kami berteduh di rumah salah seorang warga. Di sana kami di sambut oleh 2 sesepuh kampung Pitu yang juga sekaligus juru kunci Gunung Api Purba Nglanggeran, Mbah Rejo dan Pak Yatno. Teh hangat dan beberapa kudapan tradisional pun terhidang di hadapan kami, salah satunya adalah jadah tiwul, makanan khas yang baru pertama kali ini saja jumpai. Teksturnya seperti jadah, namun semanis tiwul.


Mbah Rejo dan Pak Yatno

Foto kiriman Achmad Muttohar (@kokoh_ahmad) pada

Mbah Rejo dan Pak Ratno ini merupakan keturunan Kyai Irodikromo dan Kyai Tir, dua orang sakti yang mengikuti sayembara yang diadakan oleh pihak Keraton Ngayogyokarto untuk mengambil benda pusaka di Pohon Kinah Gadung Wulung. Selanjutnya atas keberhasilannya, mereka pun diberikan tanah untuk ditinggali anak dan keturunannya. Beberapa empu pun sempat turut mendiami tanah tersebut, namun banyak yang tidak bertahan lama dan  hanya 7 orang yang sanggup tinggal di sana.

Kampung Pitu (tujuh) merupakan kampung yang unik dan eksotis, yang hanya boleh ditinggali oleh 7 kepala keluarga, jika lebih dari itu maka akan terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Kampung Pitu awalnya bernama Puncak Telogo atau Puncak Timur. Disebut telogo, sebab di sana terdapat sebuah sumber mata air satu-satunya bernama Telogo Guyangan yang dimanfaatkan oleh warga Kampung Pitu untuk keperluan sehari-hari dan mengairi lahan persawahan mereka. Dinamakan demikian karena konon, Telaga Guyangan dulunya adalah tempat pemandian kuda sembrani yang menjadi tunggangan bidadari.

Menurut Pak Ratno, di Kampung Pitu ini dan di sekitar Dusun Nglanggeran dilarang menggelar pertunjukan wayang, karena dipercaya bahwa Gunung Nglanggeran ini dikuasai oleh tokoh pewayangan Ki Ongkowijoyo dan Punakawan. Makanya salah satu puncak Gunung Nglanggeran diberi nama Gunung Wayang.

Setelah dirasa cukup sowan kami, rombongan pun melanjutkan perjalanan. Kami didampingi oleh pemandu dari Pokdarwis Desa Nglanggeran. Puncak Gunung Wayang adalah spot pertama yang kami tuju. Tak butuh waktu lama, kami pun sampai di tujuan. Meski kabut tipis di kejauhan menghalangi jarak pandang kami, panorama di sekitar tetap terlihat indah. Gunung Merapi terlihat gagah dari puncak Gunung Wayang ini.


Puas melihat deretan gugusan pegunungan dan persawahan di sekitar, serta tak lupa mengabadikannya melalui bidikan kamera, rombongan pun diarahkan menuju spot selanjutnya, yakni Puncak Watu Bantal. Dari tempat ini kita bisa melihat Embung Nglanggeran di Kejauhan. Namun kami harus melalui jalur yang cukup menantang. Jalan yang licin juga membuat kami kewalahan karena basah oleh rintik hujan.

Embung Nglanggeran dari puncak Watu Bantal
Selain untuk trekking dan camping, Gunung Api Purba Nglanggeran bisa juga kita gunakan untuk kegiatan lainnya yang memacu adrenalin, seperti rock climbing atau panjat tebing. Tak ketinggalan sebagai spot untuk berburu sunset maupun sunrise.

Dikirim oleh Arif Nugroho pada 24 Januari 2017




Ekowisata Gunung Api Purba Nglanggeran

Nglanggeran, Patuk, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.

Tiket :
Domestik Rp 15.000 (Siang), Rp 20.000 (Malam)
Manca :Rp 30.000
Guide : Rp 70.000 (Siang), Rp 100.000 (Malam).

Website : www.gunungapipurba.com
Email : gunungapipurbanglanggeran@gmail.com
Fb : Gunung Api Purba Nglanggeran
Twitter & IG : @gunungapipurba
HP/WA : 081802606050 (Sugeng Handoko), 081804138610 (Aris Budiyono).
Pesona Gunung Api Purba Nglanggeran Yang Mendunia Pesona Gunung Api Purba Nglanggeran Yang Mendunia Reviewed by Achmad Muttohar on 1/31/2017 10:25:00 PM Rating: 5

21 komentar:

  1. Sudah lama nggak main ke sini. Pengen sih kemping di sini tapi pas waktu nggak musim hujan ahahahha

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seru banget kayaknya ya, kalau camp di sana rame2

      Hapus
  2. waaw...harga tiketnya naik 2 kali lipat dari harga sebelumnya,
    tapi ya seimbang lah dengan peningkatan fasilitasnya di sana, sudah tidak harus jadi ninja hatori kalau mau ke puncaknya.

    Sempat di tenda berjalan ya mas? itu...tenda yang pakai mesin diesel,,,ehehe

    nyesel euy gak bisa ikutan acara beginian...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, tarifnya sebanding lah dengan fasilitas yang ada, sama yang ditawarkan oleh Nglanggeran ini.
      Haha, iya. Asyik lho naik tenda berjalan.

      Hapus
  3. Wah aku baru denger banget sam desa wisata yang satu ini.
    Berarti kalo dari sini langsung ke gunung merapi dekat ya ?
    aku ada rencana mau ke merapi beberap bulan kedepan,
    siapa tahu bisa mampir kesini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Jauh sih, mas secara Merapi kan di Sleman, kalo Nglanggeran ini di Gunungkidul.

      Hapus
  4. Baru tahu nih ada gunung berapi di Jogja selain merapi, maklum aku gak pernah piknik atau naik gunung.

    Perjalanannya seru ya mas, meskipun cuaca kurang bersahabat kalian tetap semangat. Apalagi bisa ngumpul sesama blogger rasanya pasti beda kalau kita piknik bareng temen biasa (bukan blogger)

    Kalau ke merapi aku pernah mas. Kalau gunung api purba belum.

    Kebanyakan tiket masuk lokal sama mancanegara beda ya hehe, tapi gak beda jauh lah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. But gak usah kuatir, mas. Ini udah gak aktif lagi kok.

      Iya dong, blogge kudu semangat. Hehe.

      Hapus
  5. wah. ternyata ada juga yg ngulas kampung pitu. aku pengen banget ke sini.
    ini kampung yang unik menurutku. Kayanya perlu banyak dipromosikan. biar semua ga lari ke nglanggeran aja. karena di belakang gunung, ada kampung yang unik. bulan februari ini, aku bakal ke sana.

    btw, salam kenal ya.
    salam dari Jogja

    BalasHapus
    Balasan
    1. Salam kenal kembali, kak. Iya, kampung yg unik karena hanya dihuni 7 kepala keluarga.

      Hapus
  6. Kampung pitu ini memang keren yak, view dari gunung wayang dan watu jadahnya itu lho. Keren. Ow iya Koreksi mas. Namanya bukannya mbah Yatno ya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju banget.

      Kirain Pak Ratno. Makasih koreksinya kak. :D

      Hapus
  7. Wah bagusnya pemandangan dari atas gunung, sayang sekali aku belum pernah ke puncak gunung melihat pemandangan alam dari atas T_T

    Btw...rumah kakak di deket candi borobudur iya? Jadi jika aku berkunjung kesana aku bisa sekalian bertemu dengan kk ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalau dari candinya sih masih jauh, bro. Siap kalau mau main ke Magelang kabar2 aja. Hehe.

      Hapus
  8. Seru ya mas :"
    Baru tau sih tentang Gunung Nglanggeran, mungkin perlu di promosikan lebih lagi. Aku yakin banyak orang yg masih belum tau tempat indah ini.
    Lokasinya jauh dari pusat kota ya mas?


    untuk pemandangannya yang sebagus itu, tiket nya sebanding dah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Yoi, gan. Keren benget pemandangannya dari atas.

      Hapus
  9. Ini pengetahuan baru lagi buat saya yang tengah kuliah di Jawa Tengah, dan ternyata ada lagi kampung wisata yang pemandangannya keren abis. Mungkin next time saya bisa berkunjung..
    Nice Post Bang

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ayok mas mumpung lagi di Jateng. Kalo butuh teman saya siap. Hehe.

      Makasih.

      Hapus
  10. Tiket yang guide maksudnya apa kaka? pemandu gitu kah??

    BalasHapus
  11. Kok banyak yang posting pendakian gunung ya. Lagi musim mendaki gunung apa gimana sih? Nggak ngeh. hehe

    Gua cuman pernah mendaki gunung sekali doang, dan itu pun sebenarnya bukit. Bukan gunung. Itu pun di lembang. Pendakiannya memakan waktu 3 jam, padahal cuman butuh 30 menit seharusnya, cuman karna sempat tersesat dan tak tau arah tujuan aja jadi lama.

    BalasHapus

Diberdayakan oleh Blogger.