Semarak Gelar Budaya Sendangagung

Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Semarak Gelar Budaya Sendangagung.
Bertepatan dengan hari Kesaktian Pancasila, Sabtu 1 Oktober 2016 lalu, saya mendapat kesempatan berkunjung ke desa yang terletak di ujung barat Daerah Istimewa Yogyakarta dan berbatasan langsung dengan Kabupaten Kulonprogo, demi menyaksikan acara Gelar Budaya Sendangagung. Siang itu, hujan mengiringi perjalanan saya menuju Desa Sendangagung, Minggir, Sleman, Yogyakarta. Sesampainya di lokasi acara pun sudah dimulai. Dari kejauhan saya bisa melihat panggung besar yang menjadi pusat perhatian. Di depannya terdapat tenda dan kursi yang disiapkan sebagai tempat untuk menyaksikan serangkaian acara yang berlangsung. Meski hujan mengguyur, tetapi warga tetap antusias memadati lapangan Kebon Agung.

Setelah beberapa saat saya berteduh di kantor Balai Desa Sendangagung, saya pun berjalan mendekat ke lapangan dan menemui teman-teman blogger yang sejak tadi duduk di bawah tenda tepat di depan panggung. Mereka tengah asyik menyaksikan sajian kesenian tradisioanal yang ditampilkan. Pada Gelar Budaya Sendangagung siang itu, ditampilkan beberapa kesenian tradional dari berbagai padukuhan atau dusun di Sendangagung. Satu persatu kesenian tradisioanl pun ditampilkan, mulai dari Jatilan Lancur, jeber Jues, Ketoprak Bocah, Kuntulan, Badui dan lain-lain untuk nantinya dinilai oleh dewan juri. Selain kesenian tradisional, ditampilkan pula ritual tradisi seperti Nyadran dan Wiwitan.

Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Jatilan Lancur.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Ketoprak bocah, lakon Bandung Bondowoso.
Selain pertunjukan kesenian tradisional, Gelar Budaya Sendangagung juga turut dimeriahkan oleh stand-stand pameran potensi desa. Di tenda sebelah kiri tenda penonton tersaji aneka olahan makanan dari beberapa padukuhan di Desa Sendangagung, mulai dari Cap Jaek, wader presto, wingko, moci, keripik talas, dan telur asin. Sementara di tenda sebelah kanan terdapat stand Batik Shibori, yang menampilkan kain, tas, jilbab, kaos, baju dari batik shibori. Berikutnya, kerajinan keranjang, topi, wadah serba guna, dan lain sebagainya yang terbuat dari bambu. Lalu kerajinan dari bonggol atau janggel jagung yang menarik perhatian saya. Di tangan pak Stefanus, limbah janggel jagung dimanfaatkan dan menjadi aneka kerajinan berupa kap lampu, hiasan dinding, lampion, tempat tisu, pajangan berupa Menara Eifel, dan lain-lain.

Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Batik Shibori.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Kerajinan janggel jagung.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Kerajinan janggel jagung.
Acara berlangsung hingga sore. Di penghujung acara semua pamong desa beserta dewan juri dari Dinas Kebudayaan Daerah Istimewa Yogyakarta berkumpul di kantor balai desa guna mengadakan rapat evaluasi. Para dewan juri memeberikan penilaian dan masukan kepada warga Desa Sendangagung terkait kesenian yang ditampilakan tadi.

Acara sore itu pun selesai. Kami kembali ke Sanggar Seni Karawitan Donosumarjo. Di sanalah kami menginap malam itu. Namun sebelum tidur, kami harus kembali ke lapangan, menyaksikan pagelaran ketoprak yang dimainkan oleh warga Desa Sendangagung hingga larut.

Hari berikutnya dan kebetulan bertepatan dengan hari batik nasional, kami diajak ke rumah Mbah Kiyat untuk melihat secara langsung proses pembuatan batik shibori. Sesuai namanya Shibori yang diambil dari Bahasa Jepang yang berarti celup, batik shibori ini dibuat dengan cara melipat kecil kain putih dan dibentuk sedemikian rupa dan dicelupkan ke pewarna kain setelah sebelumnya dicelupkan ke pengikat warna (waterglass). Uniknya batik shibori ini tidak bisa ditiru motifnya satu sama lain. Meski melipatnya sama dan mencelupnya sama namun hasilnya pasti akan berbeda.

Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Proses pembuatan batik Shibori.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Proses pembuatan batik Shibori.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Batik Shibori yang sudah jadi.
Semarak Gelar Budaya Sendangagung
Batik Shibori yang sudah jadi.

Nah, itulah sedikit pengalaman saya berkunjung ke desa sendangagung. Pengin suatu saat bisa menyambangi desa sendangagung lagi. Sebuah desa yang masih menjunjung tinggi dan tetap melestarikan seni, tradisi dan budayanya. Desa Sendangagung ini cocok untuk dijadikan tujuan wisata jika kamu mau melancong ke Jogja.

Semarak Gelar Budaya Sendangagung Semarak Gelar Budaya Sendangagung Reviewed by Achmad Muttohar on 10/08/2016 11:14:00 AM Rating: 5

32 komentar:

  1. wuih asyik ya. Daerah kita memang selalu kaya dengan budaya. Tinggal kita yang muda memeliharanya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas sebagai generasi muda kita juga wajib menjaga agar tidak hilang ditelan zaman.

      Hapus
  2. keren lah masih ada yang peduli sama tradisional gini, soalnya anak sekarang pada bosan kalau lihat ginian,,, saya juga sih hahahahha...

    itu kamu kesana dalam rangka diundang gitu ta ?

    oh ya kenapa kok batiknya dinamai dari shibori jepang ? atau memang batik shibori itu mengadopsi jepang ?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya selama dua hari semalam kami diundang untuk menyaksikan serangkaian acara yang berlangsung. Cuma prosesnya yang dicelup (shibori) saja sih kemudian dikasih nama shibori.

      Hapus
  3. bangsa indonesia kita ini memang kaya akan budaya dan adat bro........kita harus bisa menjaga dan melestarikannya.

    btw, klo gue mah cuman pernah ngeliat anak tk kecil nari-nari diatas panggung terus nyari "dinding pak dinding" terlalu mainstream

    BalasHapus
  4. Jadi ini udah jadi acara yang selalu diadakan setiap 1 oktober ya mas? Atau hari tertentu?

    Pengin jugalah datang ke acara yang memaparkan dan menampilkan budaya bangsa ini. Sambil motret-motret dan bawa notes juga buat di review in di blog. Dan juga acara ini membuat para masyarakat tidak lupa akan banyaknya keragaman budaya di negeri kita ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nggak sih, cuman kemarin kebetulan aja tepat pas tanggal 1 oktober.

      Hapus
  5. Kapan-kapan bareng-bareng yok mas nang desa Sendangagung. Aku yo wes suwe ora nonton acara seng full nampilke kesenian khas ngono haha.

    Meski hujan tapi antusiasnya sip bener ya para penontonnya. Tapi dengan suasana hujan begitu aku kira makin pas lah, daripada panas-panasan.

    Oh iya, itu jajanannya juga khas desa banget yaa. aku paling seneng wingko mas haha.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hayuk, mas. Kalau nggak salah akhir tahun ini bakal ada lagi perhelatan semacam ini di sana.

      Hapus
  6. Mas ini diundang ya? Tadi ceritanya banyak blogger yang udah nunggu juga.

    Senang kalo blogger itu bercerita tentang kebudayaan Indonesia. Jadi Budaya indonesia bisa dinikmati secara online dan bisa jadi tujuan wisata setelah diulas secara apik oleh blogger.

    Aku tertarik ni mas sama batik shibori, mungkin bisa lain kali ngepost tentang awal sampe akhir pembuatan batik ini. Serius dah penasaran kok bisa lipatan sama tapi hasilnya berbeda.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kita disuruh dateng dan menceretakan sebuah desa yang masih melestarikan budayanya. Hmm, oke coba nanti ya. Hihi.

      Hapus
  7. Semuanya berbau seni ya. Suka banget sama kesenian kayak tadi,apalagi bisa nambah edukasi tentang kesenian daerah. dan tentunya liat proses pembuatan batik juga.

    Btw. ini blogger diundang kesana ya?? jadi rame-rame kesana

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas temen-temen blogger emang diundang kesana biar nantinya kita bisa menuliskannya di blog dan dunia semakin tahu deh keberadaan desa yang masih menjaga warisan budaya Indonesia.

      Hapus
  8. Menarik.. Itu bentuk janggel-nya dah tidak menyerupai aslinya ya. manteb pengolahannya. hal seperti ini harusnya selalu didukung, karena menjadi potensi indonesia yang kaya akan sumber daya alam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, bro. Coba aja kita bisa berkreasi dan menemukan inovasi terbarum mengolah limbah menjadi sesuatu hal yang berharga.

      Hapus
  9. Wah, seru banget nih kayaknya acaranya. Menampilkan budaya asli dari Indonesia. Pengen deh rasanya ngeliat itu. :D

    Dan satu hal yang pangen banget gue coba adalah membuat batik itu. Itu batiknya termasuk batik cetak ya? Soalnya gak ada cantingnya gitu. :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Itu batik celup, bro. Proses pembuatannnya ya dicelup-celup ke pewarna gitu.

      Hapus
  10. Asik banget mas, banyak banget karya seni yang baru gue liat nih heheh... maklum. itu tapi yang jagung sering liat dah gue, tapi dimna gitu, keren lah pokoknya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas. Karena kerajinan bonggol jagung awalnya memang terinspirasi oleh kerajinan serupa dari Bogor.

      Hapus
  11. Tulisannya menarik :). Kebetulan dipi jg suka batik. Foto-fotonya juga mendukung :). Mas Ahmad kalo ada waktu pecah topiknya jadi kecil2 deh... Kayak pagelaran seninya misalnya, dijelasin satu2... Hahaha.. Dipi pasti mau mnyimak..
    Sukses selalu ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Haha, iya deh, kak. Soalnya saya juga baru belajar menulis nih. Penginnya sih gitu. Makasih ya, kak.

      Hapus
  12. Percaya ga, dulu sebelum saya sekolah ke China, saya cuek dan ga peduli sama budaya nusantara. Gak menyangka selama di perantauan, saya aktif di Perhimpunan Pelajar Indonesia, sering bikin acara pengenalan budaya Indonesia dan juga pementasan budaya Indonesia. Di situ saya baru sadar, betapa indah dan beragamnya budaya bumi pertiwi kita. Semenjak itu, saya lebih bisa mengapresiasi acara2 pementasan budaya kayak gini =)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas sama saya juga. Hihi. Tapi kalau dipikir-pikir kenapa ya kita sampai gak menghargai budaya bangsa kita sendiri. Giliran diklaim bangsa lain kita ikut-ikutan teriak. Harusnya kita selalu menjaga dan melestarikannya.

      Hapus
  13. Wow! Takjub!
    Apalagi ketika melihat foto ketoprak bocah.
    Syukurlah, masih ada anak-anak muda yang masih mau ikut serta dalam melestarikan budaya.
    Semoga niat mereka memang tulus untuk melestarikan, berbeda dengan anak-anak muda jaman sekarang yang bahkan sama sekali tidak mengerti budaya di tempat tinggalnya.
    Seperti saya. Saya tidak pernah melihat budaya asli di daerah tempat tinggal saya ini.

    BalasHapus
  14. Aduh mas... Baru tau nih, ada desa sekeren ini. Serius. Salut banget rasanya masih ada yang bener-bener peduli buat melestarikan budaya seperti ini.

    Gue suka banget sama batiknya. Dan baru gue sadari, beberapa batik ini sering gue pake di rumah... Duh... Mungkinkah dari para pekarya seni tradisional ini?

    Mudah-mudahan bisa terus ada dan dilestarikan, ya mas. Pengen gue ke situ. Biar bisa ikut belajar melestarikan.

    Btw, namanya agak susah ya, nyebutinnya. hehehe.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin. Kerennya lagi anak muda di Desa Sendangagung ini juga turut melestarikan warisan budaya di desanya, mas. Bisa jadi tuh.

      Hapus
  15. kesenian seperti ini harus dilestarikan agar tdk hilang dimakan zaman

    BalasHapus
    Balasan
    1. Betul banget. Jangan budaya asing aja yang dibanggain.

      Hapus
  16. mantep acaranya...yang ngundang teman-teman blogger siapa tuh?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, mas. Teman blogger Jogja, mas yang ngundang. Harusnya Magelang juga bisa ngundang blogger kayak gini kalau pas ada acara semacam ini atau acara lainnya. Hehe.

      Hapus

Diberdayakan oleh Blogger.